SINEMA BUMILANGIT MENCARI CALON PENULIS SKENARIO


contoh Sinopsis dan Skenario

SINOPSIS JAGAT SINEMA BUMILANGIT
                                                              “ WAHAM “
                                               Written by : Yehezkiel Suyoto
Dalam penjalanan pulang ke rumahnya Semarang Wira Lodaya seketika tergerak membalikkan arah sepeda motor bebek yang melaju cukup kencang, karena merasa iba melihat dua ekor anakan burung perkutut putih yang dipajang dijalan tepi hutan kawasan Blora tanpa sangkar, makanan dan minum. Uang di dompet hanya Rp.200.000,- untuk membeli dan tersisa Rp.25.000,- untuk bisa sampai ke rumah walaupun dirinya sendiri harus menahan lapar.   
Sesampai di rumah anak laki - lakinya Kumbalaya yang baru dua semester masuk kuliah disalah satu UNISBANK kota Semarang mengeluh dadanya sakit dan susah bernafas, buru - buru Wira Lodaya membawa ke sebuah rumah sakit walaupun tanpa uang yang cukup. Namun setiba di tempat Kumbalaya berontak ketakutan dan berlari keluar, hinnga ayahnya mengejar untuk diajaknya ke rumah sakit swasta agar dapat langsung ditangani.
Setelah dilakukan pemeriksaan dokter menyarankan agar dibawa ke pskiatry rumah sakit negeri terdekat, tetapi lagi – lagi Kumbalaya ketakutan serta menolak sehingga diajak pulang dengan membonceng sepeda motor ayahnya. Begitu sampai di rumah Kumbalaya langsung kemakarnya, ayahnyapun membuka baju dan telanjang dada merasa kegerahan dimana suhu udara siang yang sangat panas.
Dengan bantuan beberapa orang tetangga dan ibunya bernama Nyai Senggrak maka Kumbalaya bersedia diajak pulang ke rumah, sedangkan Wira Lodaya diminta istrinya untuk tidak pulang kerumah sementara waktu sampai anaknya merasa tenang. Meski berat hati terpaksa menuruti tirah ke rumah orang tuanya di kelurahan Bintoro Demak, disana dia sempat diberitahu oleh seorang dokter temannya saat kecil bahwa itulah yang disebut waham.
Tiga hari kemudian Kumbalaya bersama ibunya Nyai Senggrak mendatangi sang ayah Wira Lodaya untuk meminta maaf sambil menangis ketakutan, sebab selalu mendapat bisikan- bisikan  gaib yang seolah mengancam jiwanya. Oleh tantenya Purbo Siwi adik kandung Wira Lodaya diajak berobat pada para normal desa Telaga Pandogan Gajah untuk menjalani terapi bekam dan rukiah menghilangkan gangguan jin tetapi ternyata belum berhasil.
Melalui dokter keluarga diberikan rujukan ke dokter ahli psikologis rumah sakit negeri terkemuka, selanjutnya oleh dr. Dewi Tanjung pskolog muda yang cantik meminta agar sebaiknya Kumbalaya dirawat secara intensif diruang psikiatry. Sebab dikawatirkan dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain terutama anggota keluarga, hal tersebut langsung disepakati kendati harus menanggung beban moril yang cukup berat.
Proses penyembuhan baru berjalan satu minggu ada seorang pasien pengidap penyakit yang sama dengan kondisi mengenaskan, dimana pergelangan tangannya nyaris putus ditebas sendiri memakai parang juga akibat bisikan gaib. Kawatir berpengaruh buruk pada anaknya maka Wira Lodaya dan istrinya Nyai Senggrak mengajaknya pulang ke rumah, kemudian dilanjutkan pengobatan ke dokter praktek lainya.
                                                                                  1
                                                          SKENARIO JAGAT BUMILAGIT
                                                                         W A H A M
                                                          Written by : Yehezkiel Suyoto
                                                                             Draff 1

1. EXT. JALAN RAYA  HUTAN BLORA - PAGI
Wira Lodaya seorang wartawan usia 40 tahunan yang cukup idealis, dengan gaya rambut gondrong,  mengenakan celana blue jeans kusam, jaket hitam, tas punggung dan helm tertutup melajukan sepeda motor bebek cukup kencang karena ingin segera sampai ke rumah.
Saat melintas terlihat laki - laki sepantarannya, 2 anakan burung perkutut putih berada diseberang jalan, maka segeralah dia memperlambat laju sepeda motor kemudian membalikkan arah guna menghampiri.
2. EXT. TEPI JALAN RAYA SEBERANG ADA SATU ORANG PENJUAL BURUNG
Wira Lodaya berhenti lalu turun dan memasang standart motornya sekitar dua langkah disamping kanan laki- laki setengah baya yang berdiri memegangi ranting pohon jati tempat bertengger 2 anakan burung perkutut putih.
                                                                   
                                                                         WIRA LODAYA
Anakan burung perkutut putihnya dijual pak ? ( Sedikit basa - basi sambil mengamati 2 ekor    burung perkutut putih tersebut )
LAKI - LAKI PENJUAL BURUNG
Betul mas, untuk tambah biaya sekolah anak
WIRA LODAYA
Kenapa tidak dimasukkan sangkar dan di beri makanan dan minum  jadi kasihan ngelihatnya ( Matanya mengerling kewajah laki – laki penjual burung )
LAKI - LAKI PENJUAL BURUNG
Baru saja dapat dari sarang didalam hutan sana, saat saya akan mencari kayu bakar ( Laki – laki penjual burung menelunjuk kearah dalam hutan )

2

WIRA LODAYA
Mau dijual berapa pak ? ( Sembari tersenyum agar tidak dibandrol dengan harga yang mahal, sebab jenis burung perkutut putih muda hutan sangat langka, kalaupun ada harganya tentu sangat mahal sekali )
LAKI - LAKI PENJUAL BURUNG
Supaya sama - sama enak, mas memiliki uang berapa yang penting sesuai saja ( sembari membalas dengan senyum lebar )
WIRA LODAYA
Cuma dua ratus ribu rupiah, tetapi yang dua puluh lima ribu rupiah akan saya pakai untuk beli bensin perjalanan  pulang ke rumah di Semarang
LAKI-LAKI PENJUAL BURUNG
Tidak apa - apa, mungkin mas berjodoh untuk memelihara burung - burung perkutut putih ini ( sembari memasukkan ke dalam kantong kertas berlobang yang telah disediakan )
WIRA LODAYA
Terima kasih pak ( sembari mengambil uang lembaran seratus ribu dan pecahan tujuh puluh lima ribu rupiah dari dalam saku celananya yang tidak tertata rapih )
LAKI - LAKI PENJUAL BURUNG
Sama - sama ( Memberikan kantong kertas yang sudah berisi dua ekor anakan burung perkutut putih memakai tangan kanan )
WIRA LODAYA
Mari pak ! ( Tangan kanan menarik pelan gas motor perlahan lahan dan tangan kirinya memegangi kantong kertas tersebut )
3. EXT. JALAN RAYA PERBATASAN BLORA - REMBANG
Wira Lodaya berhenti di sebuah warong rumahan membeli satu botol air mineral berukuran tanggung lalu segera membuka tutup.
Satu per satu anakan burung perkutut putih diberi minum dengan cara memasukkan paruhnya kedalam lubang botol air mineral.
Penuh sentuhan kasih sayang, sisanya langsung diminum sendiri sampai habis tanpa takut kena flu burung.
3
CUT TO :

4. EXT.SAMPAI DIDEPAN RUMAHNYA SEMARANG - SIANG
Rumah berlantai dua bercat kuning cukup megah, dengan 9 kamar kost putri dari mahasiswa UNDIP pagarnya harus selalu tertutup dengan alasan keamanan.
Seperti biasa sepulang kerja Wira Lodaya langsung membuka pagar rumah yang tak terkunci kemudian memarkirkan sepeda motornya diemperan.
5. INT.DIDALAM RUMAH TIDAK ADA ORANG - SEPI
Istrinya Nyai Senggrak masih berada kantor sebagai PNS, anak perempuannya Puspa Mega masih kuliah di semester akhir jurusan bahasa Inggris.
Sementara anak laki - lakinya Kumbalaya yang baru dua semester kuliah  jurusan Tehnik Informatika  UNISBANK sedang tidur kamar yang berada dilantai atas.
6. INT. DIKAMAR BELAKANG
Wira Lodaya langsung berjalan menuju kamar belakang, menaruh tas kerja berisi lactop, kamera digital serta pakaian kotor dimeja, sekalian  berganti pakaian celana pendek dan kaos oblong rumahan.
7. EXT. GUDANG BARANG – BARANG BEKAS BERANTAKAN
Dia melangkah keluar dari pintu belakan dekat dapur  kost - kostan mengambil sangkar bekas dan memasukkan kedua anakan burung perkutut putih dari kantong kertas warna cokelat muda yang dibawanya.
Memenuhi air munum juga ketan hitam yang menjadi makanan, selanjutnya menggantungkan dipaku yang sudah tertempel teras gudang.
                                                                        
                                                                                 CUT TO :
8. INT. DIRUANG TAMU TERDAPAT MEJA KURSI UKIRAN JEPARA
Untuk sedikit melepas lelah Wira Lodaya duduk dikursi ruang tamu sambil menghisap rokok filter kesukaannya, dengan asbak kaca yang berada diatas meja tepat didepan dimana dia duduk.


4
CUT TO :
9. INT. TANGGA DALAM RUMAH DARI KAYU MEMBENTUK HURUF “ L “
KUMBALAYA
Bapak dadaku sakit rasanya sulit untuk bernafas ! ( berdiri ditengah tutunan tangga, tangan kanannya memegangi dada )
WIRA LODAYA
Sudah menelpon ibumu di kantor ( Tersentak seketika dan bangkit dari duduk melihat anaknya Kumbalaya yang berdiri di tengah tangga rumah )
KUMBALAYA
Sudah, tetapi ibu bilang dari kantor langsung menunggu di rumah sakit
WIRA LODAYA
Kalau begitu bapak mau ganti pakaian sebentar, kamu juga siap - siap berangkat ke rumah sakit

CUT TO :
10. EXT. DILAHAN PARKIR SEPEDA MOTOR DI RUMAH SAKIT YANG PENUH SESAK
Menempatkan sepeda motor bebeknya berhimpitan dengan puluhan sepeda motor lain dilahan parkir yang masih cukup jauh dari pitu masuk ruang pendaftaran.
Kumbalaya sudah menunjukkan reaksi - reaksi ketakutan yang tidak seperti biasanya, namun ayahnya Wira Lodaya tidak sedemikian menghiraukan karena anaknya memang pemalu.

KUMBALAYA
Ibu kok belum kelihatan ? ( Sembari menahan perasaan kecewa yang dalam, matanya yang sayu mengamati beberapa arah )

WIRA LODAYA
Mungkin ibu mu sudah menunggu diruang pendaftaran, ayo kita langsung kesana

5
CUT TO :

11. INT. DI RUANG PENDAFTARAN YANG PENUH SESAK PASIEN YANG AKAN BEROBAT
Nyai senggrak istrinya belum terlihat, Wira Lodaya langsung menuju loket untuk mendaftar  dan mendapatkan nomor antrian.
Wira Lodaya mengambil tempat duduk dikursi paling belakang, wajah Kumbalaya tampak memerah dan tertunduk, seraya menahan sesuatu keinginan yang tidak diketahui siapapun.

KUMBALAYA
Aku mau nunggu ibu diluar saja ( Permintaan Kumbalaya setengah memaksa sambil beranjak dari tempat duduknya )

WIRA LODAYA
Ya sudah bapak temani diluar menunggu ibu  ( Wira Lodaya tak kuasa menahannya kendati tetap mengikuti langkah cepat anaknya )

CUT TO :
12. EXT. HALAMAN LUAR RUANG TUNGGU MASING RAMAI PENGUNJUG
Kumbalaya berlari ketakutan menuju tempat parkir kendaraan, sementara ayahnya Wira Lodaya bergegas mengejar karena kawatir terjadi sesuatu yang buruk.
13. EXT. LAHAN PARKIR TEMPAT DIMANA SEPEDA MOTOR AYAHNYA BERADA
WIRA LODAYA
Kenapa anak saya tadi mas ? ( Penasaran dengan apa yang yang dibicarakan Kumbalaya dan petugas parkir rumah sakit berseragam orange.

PETUGAS PARKIR RUMAH SAKIT
Dia mau pinjam uang sepuluh ribu rupiah untuk ongkos menyusul ibunya di kantor, tetapi saya jawab tidak punya
                                                                       
6

WIRA LODAYA
Kamu kenapa sih kok tiba - tiba berubah ketakutan seperti itu ( Merasa kesal dengan tingkah anaknya Kumbalaya )
KUMBALAYA
Pokoknya aku mau bertemu ibu dulu di kantor, nggak mau bonceng motor bapak  ( sambil berlari ketakutan lewat pintu keluar parkiran menuju jalan raya )
CUT TO :
14.EXT. DIPINGGIR JALAN RAYA DEPAN RUMAH SAKIT DALAM LALU - LINTAS YANG PADAT
Kumbalaya anaknya berdiri dipinggir jalan raya menunggu angkutan umum lewat, Wira Lodaya datang menghampiri dengan motornya  membujuk untuk bersamanya )
WIRA LODAYA
Ayo bonceng bapak, pulang ke rumah menunggu ibu ( Seraya memaksa Kumbalaya yang semakin terlihat ketakutan )
KUMBALAYA
Aku takut nabrak, aku tidak mau mati ( meskipun ketakutan Kumbalaya menuruti ajakan ayahnya Wira Lodaya duduk doboncengan )
WIRA LODAYA
Pegangan perut bapak ( Perintahnya sambil melajukan sepeda motor pelan - pelan  agar Kumbalaya tidak merasa takut )

CUT TO :

15. EXT. DALAM PERJALANAN DENGAN BERBONCENGAN SEPEDA MOTOR
Meskipun tidak membawa uang yang cukup kecuali hanya beberapa ribu saja, namun Wira Lodaya nekat masuk sebuah rumah sakit swasta terdekat yang penting anaknya cepat ditangani tanpa harus mengantri.
7
KUMBALAYA
Katanya mau pulang kerumah kok lewan jalan yang ini ( Merasa curiga karena dia paham jalan yang dilewati sang ayah Wira Lodaya bukan arah menuju ke rumahnya )
WIRA LODAYA
Kita ke rumah sakit yang langsung bisa ditangani ( Sambil terus menyetir sepeda motornya menuju rumah sakit yang dimaksudkan )
CUT TO :
16. EXT. SAMPAI RUMAH SAKIT SWASTA TERKENAL YANG DITUJU - KEBETULAN SEPI
Begitu sampai di pintu gerbang rumah sakit swasta ternama milik yayasan Katolik, Wira Lodaya kontan menerobos masuk dan memarkir sepeda motor disamping beberapa sepeda motor karyawan yang sudah ada.
Kawatir akan kabur, Wira Lodaya merangkul pundak anaknya Kumbalaya berjalan menuju ruang gawat darurat.
17. INT. DI DALAM RUANG  INSTALASI GAWAT DARURAT TERLIHAT BEBERAPA DOKTER
WIRA LODAYA
Saya wartawan dok, tolong anak saya butuh penanganan segera ! ( Sembari menunjukkan ID CART PERS yang kebetulan terbawa disaku baju kerja yang dikenakan )
SALAH SATU DOKTER JAGA
Silahkan pak, langsung saja anaknya dibawa masuk ke ruang pemeriksaan ( Dokter tersebut menunjukan tempatnya )
18. INT. RUANG PEMERINSAAN BERTIRAI PUTIH
Dokter yang memeriksa meminta Kumbalaya berbaring di bangsal yang tersedia mulai menjalani pemeriksaan.
Kesempatan tersebut digunakan ayahnya Wira Lodaya pamit keluar alasan mengisi pulsa, walaupun sesungguhnya berniat menjual handpone Black Berry untuk biaya perawatan rumah sakit.
19. EXT. SEPANJANG JALAN SEKITAR RUMAH SAKIT TEMPAT KUMBALAYA DIPERIKSA
Wira Lodaya berjalan kaki kesana - kemari seperti orang kebingungan mencari show room tempat jual beli HP yang terdekat namun tidak ditemukan.

8

Memutuskan kembali kerumah sakit untuk mengetahui kondisi anaknya Kumbalaya, kalaupun terpaksa maka akan meninggalkan KTP atau HP untuk jaminan pembayaran.

20. INT. RUANG DALAM INSTALASI GAWAT DARURAT TEMPAT KUMBALAYA DIPERIKSA
Begitu sampai di ruang dalam Wira Lodaya langsung menemui dokter yang telah memeriksa untuk mengetahui penyakit yang diderita anaknya ( sedikit tergopoh - gopoh )
WIRA LODAYA
Bagaimana dengan kondisi anak saya dok ? ( sambil masih berdiri berhadapan dengan dokter yang selesai memeriksa )

DOKTER YANG MEMERIKSA
Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan penyakit seperti yang dikeluhkan, kami sarankan agar anak bapak segera dibawa kerumah sakit yang memiliki ruang khusus Pskiatry, dirumah sakit kami belum memiliki
WIRA LODAYA
Di rumah sakit mana itu dokter ?

DOKTER YANG MEMERIKSA
Tergantung nanti rujukannya ke rumah sakit mana !
WIRA LODAYA
Terima kasih dokter, berapa biayanya ?
DOKTER YANG MEMERIKSA
Tidak usah bayar yang penting anak bapak segera mendapatkan penanganan secara khusus
WIRA LODAYA
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dokter ( selesai berjabat tangan dengan dokter yang memeriksa lalu mengajak anaknya keluar IGD )

9
CUT TO :

21. INT. DIRUMAH TINGGALNYA TIDAK DITEMUKAN  SIAPA - SIAPA
Kumbalaya setengah berlari menaiki tangga dalam rumah menuju ke kamarnya diatas tanpa sepatah katapun terucap, sementara Wira Lodaya melepas baju dan menggantungkan dikamar depan karena merasa gerah akibat suhu udara cukup tinggi.
Tak lama kemudian Kumbalaya turun tergesa - gesa dari tangga membawa kontak motornya sendiri yang masih terparkir didalam rumah bernian untuk pergi, Wira Lodaya yang mengetahui segera merebut dari tangannya.

KUMBALAYA
Aku mau menyusul ibu ke kantor ! ( wajahnya dipenuhi ketakutan )
WIRA LODAYA
Ya sudah kalau begitu bapak  yang antar ke sana ( sembari melangkah ke kamar depan untuk mengenakan baju )
KUMBALAYA
Iya ( Dengan masih posisi berdiri menatap tajam wajah bapaknya )
22. INT. DALAM RUMAH DIDEKAT MEJA MAKAN
Belum sampai  Wira Lodaya masuk pintu kamar, Kumbalaya berkelebat lari keluar rumah sehingga dengan masih telanjang dada Wira Lodaya berlari mengejar tanpa menghiraukan pintu rumah masih terbuka dan tak seorangpun yang menjaga.
CUT TO :
23.EXT. DEPAN KIOS FOTO COPY DIGANG MASUK MENUJU RUMAHNYA
Wira Lodaya berhasil menangkap Kumbalaya yang terus berontak ketakutan, atas bantuan beberapa orang yang kebetulan berada ditempat itu, dia mendekap kuat agar tidak lepas.
WIRA LODAYA
Pulang ke rumah ya nak, ibumu sebentar lagi pasti datang ( dengan masih mendekap erat tubuh Kumbalaya )

10

KUMBALAYA
Bapak punya pesugihan, aku tidak mau dijadikan tumbal ( masih berusaha melepaskan diri dari dekapan Wira Lodaya ayah kandungnya )
WIRA LODAYA
Siapa bilang ayahmu ini punya pesugihan, itu fitnah ! bohong !

CUT TO :
24. EXT. DARI SEBERANG JALAN IBUNYA MUNCUL BERBONCENGAN MOTOR
Begitu mengetahui si  istri Nyai Senggrak datang, Wira Lodaya melepas dekapannya, Kumbalaya pun  berdiri dipinggir jalan raya menunggu ibunya menyeberang seperti layaknya anak kecil.
NYAI SENGGRAK
Ini ibu saying, kenapa kamu seperti ini ( Seraya memeluk dan mengelus rambut Kumbalaya )
KUMBALAYA
Bapak punya pesugihan bu, aku mau dijadikan tumbal
NYAI SENGGRAK
Sudah - sudah ayo kita pulang ke rumah ( Sambil merangkul pundak Kumbalaya  mengikuti langkahnya meninggalkan tempat itu )
CUT TO :
25. EXT. DI TERAS RUMAH DENGAN PINTU MASIH TERBUKA
Sesampai di rumah Wira Lodaya memilih untuk duduk sendirian dikursi teras, matanya mulai meneteskan air mata kesedihan.
NYAI SENGGRAK
Sebaiknya sementara waktu kamu pulang ke tempat ibu di Bintoro Demak, sampai dia merasa tidak ketakutan lagi ( Nyai Senggrak menghampiri suaminya Wira Lodaya berdiri disamping )
WIRA LODAYA
Kalau menurutmu itu jalan yang terbaik ( Sembari menghela nafas kegelisahan )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENDATI MASIH MENUNGGU SETIDAKNYA ADA KEPASTIAN UNTUK DISAHKAN

HUT PDIP KE-51 MEGAWATI SEBUT KEBENARAN PASTI MENANG

HARI INI PRABOWO - GIBRAN RESMI DILANTIK